Pohon Beringin Tua

No Comments




      Pada masyarakat Jawa terdapat banyak anjuran dan larangan. Dalam mitologi Jawa, setiap larangan memiliki alasan. Contohnya seperti bentuk “pamali” menanam mawar di depan rumah karena dipercaya hal demikian mendatangkan kesialan. Penjelasannya adalah: jika ada orang lain melihat dan tertarik dengan mawar itu, kemudian dicurinya, maka mendatangkan keributan bahkan dapat menimbulkan masalah yang berujung kematian.

      Di lingkungan sekitar rumah saya di Jalan Kartini Jakarta Pusat ada beberapa pohon beringin yang masih kokoh berdiri, usianya puluhan tahun. Ada lima pohon yang dipercaya sebagai tempat bersemayam hantu-hantu, yaitu pohon asem, pohon kapas, pohon sukun, pohon pisang dan pohon beringin. Pohon beringin yang besar dengan akar yang menjuntai diyakini angker karena menjadi tempat tinggal Kuntilanak dan Genderuwo. Di samping itu, kejadian tentang anak kecil yang disunat jin di pohon beringin juga membuat heboh masyarakat dan sering juga diberitakan media massa.
     
      Dalam masyarakat Jawa, pohon beringin adalah simbol sakralitas dan menjadi fungsi ekologis yang penting menurut Wahana Lingkungan  Indonesia (Walhi) pada (27/3) di Gedung Pusat Gusdurian Yogyakarta. Beberapa alun-alun di kota-kota di pulau Jawa memiliki pohon beringin. Hal ini sebenarnya merupakan bentuk konservasi karena dengan memelihara pohon tersebut berarti menjaga sumber air. Pohon beringin akarnya sangat banyak dan biasanya didekat pohon tersebut ada sumber air. Kata “beringin” pun sering dijadikan sebagai nama jalan. Presepsi masyarakat perihal pohon beringin dipercaya dapat mendatangkan musibah dan berkah. Bagi siapa yang menebang akan mendapatkan kesusahan hidup dalam tujuh turunan dan barang siapa yang rumah dijatuhi oleh pohon beringin akan mendatangkan rejeki. Masyarakat juga percaya bahwa barang siapa yang kencing di pohon beringin kemaluannya akan membusuk, dan barang siapa yang bermain-main dengan pohon beringin akan disentil. Konon sentilan ini dapat membuat orang menjadi cacat seumur hidupnya.

      Pohon beringin juga sering diberi sesajen oleh orang-orang yang melakukan ritual pesugihan. Orang-orang itu memberi apa yang disyaratkan atau disukai oleh penjaga pohon beringin, yang dimaksud penjaga adalah makhluk halus. Tentu ritual semacam ini ditentang oleh agama. Aktivitas tersebut disebut syirik yaitu menyekutukan Tuhan. Sesajen merupakan seperangkat persembahan yang digunakan untuk menghormati penunggunya. Sesajen adalah bentuk penghormatan terhadap pohon besar, muara sungai, dan lain-lain. Pohon yang diberi sesajen menghalangi seseorang untuk menebang pohon tersebut. Dalam hal ini berlaku asumsi fungsi manifest dan laten dari adanya sesajen tersebut. Namun dengan adanya sesajen tersebut akan menghindari penebangan pohon. Dibalik berbagai kepercayaan tentang pohon beringin tentu kita dapat mengetahui bagaimana fungsi mitos tersebut berperan dalam melestarikan pohon sebagai sumber resapan. Dibalik mitos-mitos yang melekat pada pohon beringin terdapat pula manfaatnya bagi kehidupan terutama bagi lingkungan.

Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 Komentar

Posting Komentar