Renovasi 7 Januari

No Comments
[RILIS ACARA] RENOVASI Bonbin: Sebuah Titik Awal Perjuangan

“Kami, mahasiswa dan pedagang Kantin Bonbin Humaniora, menyatakan MENOLAK RELOKASI Kantin Bonbin Humaniora! Bonbin dibangun di atas tanah rakyat, maka sudah sepatutnya tanah ini digunakan untuk kepentingan rakyat. Sebagai kampus kerakyatan, sudah sepatutnya kampus ini membela rakyat-rakyat yang butuh makan. RENOVASI BUKAN RELOKASI, RENOVASI BANGUNANNYA, RENOVASI KUALITASNYA, RENOVASI MENTAL KITA SEMUA!”

 Tepuk tangan riuh-rendah merebak di Bonbin malam itu setelah paragrafi di atas digemakan dalam puncak acara RENOVASI Bonbin, ketika perwakilan para pedagang dan mahasiswa telah usai mendeklarasikan penolakannya atas wacana relokasi yang akan dilakukan terhadap Kantin Humaniora Mandiri, atau Kantin Rekadaya Boga Humaniora yang lebih akrab disapa Bonbin.

 Hari itu, Kamis (7/1) malam, Bonbin yang biasanya berisi meja dan kursi untuk makan berubah menjadi sebuah venue pertunjukkan seni. Tempat lesehan di selatan Bonbin dibentuk menjadi panggung T gendut yang di atasnya diletakkan alat-alat nge-band. Kursi-kursi panjang ditata membentuk letter U, dan di tengah rangkaian kursi berbentuk huruf U diletakkan panggung utama yang lebih kecil dari panggung T.

 Sore berjingkat, malam merebak, dan penonton mulai berdatangan pada pukul 19.00, meski belum padat. Penonton yang baru saja masuk diarahkan ke meja-meja yang disiapkan pada bagian belakang plang ‘Kantin Humaniora Mandiri’, yang di atasnya sudah berjejer minuman dan penganan: soft drink, kopi, gorengan, serta sticker #SaveBonbin. Di belakang meja itu, ada kain putih polos, dan panitia menyediakan sebuah spidol untuk pengunjung yang ingin menorehkan tanda tangan serta kata-kata untuk Bonbin. Di antara pilar-pilar Bonbin, kumpulan buah karya yang terkait atau menanggapi isu relokasi Bonbin pun dipajang. Ada yang berbentuk puisi, rilis, status-status media sosial, foto, hingga lukisan.

 Acara dimulai pukul 19.30, diawali pembacaan Prolog dengan iringan gitar akustik yang dibacakan Aria Notharia, Teruntuk Bonbiners, dari Temanmu Bonbin. Disusul sebuah video Saskine tentang #RenovasiBukanRelokasi yang muncul di LCD yang telah terpampang di depan. Setelah itu, pengantar tentang Bonbin pun diberikan oleh Afid Baroroh dengan syairnya yang membuat hati penonton  terenyuh dan Ari Bagus Panuntun, Mantan Presiden LEM FIB. Isinya berupa isu relokasi Bonbin dan bagaimana masyarakat menanggapi isu relokasi: dari mulai melakukan hearing, audiensi, membuat rilis, hingga berujung pada acara RENOVASI ini.

Sesudah itu, lampu meredup, lalu menyala lagi seiring dengan dua orang pemain gitar yang memasuki panggung utama. Itulah penampilan akustik yang apik dari Schizofriend, sebuah persembahan dari teman-teman Fakultas Psikologi. Disusul puisi Fatamorgana Pilu oleh Rahma. Disusul lagi penampilan musik dari grup Musikalisasi Puisi Dilarang Mendekati Orang Sedih, Dramatisasi Puisi, hingga akhirnya penonton dikejutkan oleh seorang lelaki yang memakai jas rapi dan peci yang berorasi dengan aksen keun. Ia lah Aslama Nanda Rizal, yang menyajikan sebuah orasi tentang Bonbin, sekaligus menjadi pengantar pada acara puncak, yaitu : Deklarasi Penolakan Relokasi oleh Pedagang Bonbin dan Mahasiswa.

 “Kami memang membuat konsep mendasarnya dalam bentuk pertunjukan seni rakyat. Seni untuk Bonbin. Serangkaian acaranya itu kami buat dengan grafik suasana memuncak lalu menurun. Seperti tujuan pertama yaitu mengajak para Pedagang Bonbin dan Mahasiswa Soshum UGM khususnya untuk satu suara menyuarakan tolak relokasi, dalam tujuan itu kami wujudkan dalam grafik naik dengan pembawaan emosional yang meninggi yang diwujudkan oleh pengisi acara, seperti dari Prolog Narator hingga puncaknya Orasi yang menggebu-gebu lalu dilanjutkan tanpa putus oleh Deklarasi Pedagang dan Mahasiswa yang hadir,” jelas Yanie Srikandi, panitia Acara RENOVASI Bonbin. “Saat itu terasa sekali, sih, emosi yang hadir jadi satu tujuan dan mereka (penonton) menutup dengan teriakan juga tepuk tangan.”

 Sementara itu, Yanie menuturkan, setelah puncak acara yaitu Deklarasi Penolakan Relokasi, konsep acara diubah. Karena tujuan acara RENOVASI Bonbin yang kedua adalah sesrawungan, maka ditampilkan lah band-band dari masyarakat Soshum: ada Kegendutan yang merupakan gabungan dari mahasiswa kluster Sosio Humaniora, She-Leads yang lahir dari Fakultas Psikologi, Sanggar Apakah dari Fakultas Hukum, Josephira dari Fakultas Ilmu Budaya, dan Burjois dari Fakultas Filsafat. Kelimanya menyajikan genre yang berbeda, ada pop, rockabily, punk rock, dan genre-genre lainnya. Penampilan band tersebut agak menurunkan tensi ketegangan pasca Deklarasi Penolakan tadi.

 “Aku suka banget ketika sebuah peristiwa seni punya latar belakang atau tujuan yang konkrit. Aku senang dan bangga bisa genjreng-genjreng dan sumbang suara untuk tujuan mulia semacam ini. Penyelamatan Bonbin dari wacana relokasi wajib diprioritaskan oleh kita semua, para pencinta telor dadar Yu Par. Semoga riuh pesta kita kemarin dapat terdengar dan mengingang hingga telinga para pemangku jabatan di gedung pusat sana. Bravo untuk para inisiator peristiwa ini. Semoga Bonbin tetap bertahan,” jawab Vikra Alizanovic, salah seorang penampil dari band Kegendutan malam itu, ketika memberikan kesan menjadi salah satu pengisi Acara RENOVASI Bonbin.

 Syahdan Husein, yang menjadi salah satu konseptor acara RENOVASI juga menganggap acara itu sukses. Ke-srawungan bukan hanya terdapat pada penampilan band-band dari penjuru rumpun Sosial-Humaniora, tetapi ia menambahkan, panitia acara RENOVASI ini memang beragam dan terdiri dari beberapa fakultas seperti Filsafat, Psikologi, Ekonomi Bisnis, Ilmu Budaya, dan lain-lain. Semua bahu-membahu demi menyukseskan acara RENOVASI.

  “Meskipun RENOVASI Bonbin sukses, acara ini barulah titik awal perjuangan kita untuk membuktikan esensi Bonbin yang begitu krusial bagi mahasiswa maupun pedagang, dan isu Bonbin menjadi refleksi perlawanan rakyat terhadap penguasa yang bertindak semena-mena serta tidak memperdulikan kepentingan rakyat lagi,” jelas Kevin Maulana, salah seorang panitia RENOVASI Bonbin yang merangkap Presiden LEM FIB periode 2016/2017. “Harapannya, semoga semangat solidaritas #SaveBonbin dengan gagasan #RenovasiBukanRelokasi harus tetap dikobarkan jangan sampai padam termakan oleh buaian,” imbau Kevin pada akhir perbincangan. (shabia)
















Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 Komentar

Posting Komentar