“Kemerdekaan dan kemajuan adalah tujuan dari kesenian, seperti halnya yang dua itu adalah tujuan seluruh kehidupan.” - Beethoven



      Keluarga Alumni Teknik Gadjah Mada (Katgama) mengadakan pertunjukan ketoprak humor yang digelar di PKKH (Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri) UGM ada Sabtu (18/3).  Judul Suminten Edan disutradarai oleh Agus Marsudi. Turut hadir Retno Marsudi (Menlu RI), M. Basuki Hadimuljono (Menteri PUPK RI)  dan Airlangga Hartato (Menteri Perindustrian). Sedangkan Ganjar Pranowo (Gubernur Jateng) yang  sebelumnya berjanji akan hadir justru malam itu tidak nampak batang hidungnya. Ganjar berjanji menemui mahasiswa untuk memberi penjelasan atas kasus yang “menimpanya” terutama masalah pembangunan pabrik semen di Kendeng dan korupsi E-KTP.

      Sekilas tentang pementasan, cerita tersebut mengambil latar di sebuah Kadipaten Ponorogo pada masa Prabuwijaya. Pada masa itu, terjadi banyak aksi pembegalan dan perampokan yang dilakukan oleh Surogentho dan Surobangsat. Peristiwa itu menyebabkan kerusuhan di tengah masyarakat sehingga mengancam runtuhnya kekuasaan Adipati. Menghadapi situasi tersebut, Adipati meminta bantuan kepada Warog siman seorang seniman dari desa di perbatasan ponorogo. Ia diminta untuk menstabilkan keadaan. Warog Siman yang sejatinya adalah sosok yang sakti akhirnya berhasil membuat situasi di Kadipaten damai kembali.

Untuk membalas budi terhadap keberhasilan Warok Siman, Adipati berjanji untuk menikahkan putranya kepada anak Warog Siman atau dengan kata lain mereka akan menjadi manten. Suminten, anak dari Warog Siman pun setuju atas perjodohan itu. Suminten sangat senang dan tidak sabar menikahi seorang anak Adipati yang tampan. Akan tetapi, menjelang hari pernikahannya, perjodohan itu dibatalkan sebab anak Adipati justru jatuh cinta kepada putri dari Warog Suromenggolo lalu menikahinya. Mengetahui kabar tersebut, Suminten mendadak jadi gila. Marah melihat keadaan tersebut, Warog Siman pun menghampiri Warog Suro dan menantangnya adu jurus. Perkelahian yang hampir membuat Warog Siman mati itu akhirnya dilerai banyak pihak dan mengatakan bahwa mereka sedang diadu domba oleh utusan Adipati. Lalu kedua Warog tersebut menghampiri Adipati, dan meminta petunjuk kepada Prabuwijaya perihal permasalahan mereka. Akhir cerita, Suminten pun disembuhkan oleh Prabuwijaya. Dan usai lah cerita pertunjukan ketoprak tersebut.

      Dialog antara pemain dipenuhi dengan guyonan seputar kampus UGM, perihal seleksi rektor adalah hal yang paling lucu. Pementasan ketoprak menjadi ajang unjuk gigi bagi calon rektor yang menjadi aktor pertunjukan ketoprak. Sedikit mengulas tentang Dwikorita, Sepanjang masa ia menjabat rektor, hubungan rektorat dengan mahasiswa dan tenaga pendidik tentu menjadi renggang. Pada tanggal dua Mei lalu Dwikorita didemo oleh masa sekitar sembilan ribu mahasiswa di depan Gedung Rektorat. Beberapa pedagang kantin bonbin dan tenaga pendidik pun bergabung dalam aksi tersebut. Massa aksi menyampaikan beberapa tuntuntan. Pertama, menolak kenaikan UKT dan penerapan uang pangkal, kedua mencairkan tunjangan kinerja bagi tendik dan ketiga membatalkan relokasi bonbin. Malam sehari sebelumnya Dwikorita menyampaikan pernyataan yang memalukan saat wawancara di Radio Swaragama.  Dwikorita menyebut akan ada simulasi aksi mahasiswa yang dimotori oleh rektorat. Malam hari itu banyak mahasiswa yang marah dan kecewa atas pernyataannya. Dwikorita dicap pembohong oleh mahasiswa, Dwikorita pun diprotes. “Akademisi boleh salah tapi tidak boleh berbohong” terlihat tulisan di sepanduk-spanduk besar yang mempermalukan dirinya. Meski demikian,  Dwikorita tidak sama sekali mengurungkan dirinya untuk menjadi rektor sekali lagi.

      Begitu pula dengan Ganjar Pranowo, ia adalah ketua dari Keluarga Alumni Gadjah Mada (Kagama). Sehari sebelum pertunjukan ketoprak, malam harinya Ganjar didemo oleh mahasiswa di Bunderan UGM. Spanduk bertuliskan “Koruptor dilarang masuk kampus” menghiasi pintu gerbang utama UGM. Gandjar masuk dalam daftar nama orang  yang menerima uang korupsi mega proyek E-KTP. Tidak sekali dua kali ia didemo dengan massa yang besar. Ganjar adalah orang yang memberikan izin pembangunan pabrik kepada PT. Semen Indonesia di pegunungan Kendeng. Kebijakan tersebut ditentang oleh Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK). Gugatan masyarakat kendeng Menang dalam putusan MA no. 99 PK/TUN. Presiden Jokowi pun mengeluarkan pernyataan agar pabrik semen diberhentikan. Namun Ganjar tidak mengindahkan perintah tersebut, sebaliknya ia malah membentuk tim untuk membuat Amdal baru dan menerbitkan izin yang baru pula kepada PT. Semen Indonesia. Tanggal 20 Maret 2017 adalah hari ke-8 JMPPK kali kedua menyemen kakinya di depan Istana Negara. Sebelumnya, berbagai aksi dilakukan warga kendeng, dari berjalan kaki 114 Kilometer, membuat tenda di depan Kantor Gubernur Jateng, sampai menyemen kakinya di depan Istana Negara tahun lalu. Berbagai intimidasi pun dilancarkan oleh kelompok yang pro-semen. Tenda perjuangan serta musholla di jalur akses ke pabrik dibakar oleh kelompok preman pro-semen. Demo bayaran dari pro-semen sering juga dihadapkan dengan aksi demonstasi para petani. Dengan sikapnya yang demikian, munculah sebuah gelar “Ganjar Lamis” di kalangan masyarakat untuk menyebut panggilan baru sosok Ganjar.

Ada beberapa kesamaan antara Surogento dan Surobangsat dengan Ganjar dan Dwikorita. Kempatnya adalah kecu (pembual) yang mengakibatkan kegaduhan di tengah masyarakat. Rakyat lah yang selalu menjadi korban jika para pejabatnya sering berbual dan membuat kegaduhan. Dalam ketoprak juga dikisahkan bahwa Adipati telah mengingkari janjinya terhadap Warog Siman, Adipati yang digambarkan sebagai sosok pemimpin kadipaten diibaratkan sebagai sosok Jokowi.. Sampai tulisan ini dibuat Jokowi belum juga menghentikan pabrik semen di Rembang. Petani hanya menunggu sampai waktunya tiba ia dihianati. Negara menjadi gila dan kacau balau jika diisi oleh pejabat-pejabat yang ingkar janji dan memihak kepada kepentingan korporasi. Entah sampai kapan kegilaan akan sembuh, semua hanya bergantung pada skenario sutradaranya. Negara dan Universitas hanya akan menjadi Guyonan dalam setiap pertunjukan ketoprak karena Kemerdekaan dan kemajuan hanya menjadi jargon kebohongan.

Read More